— Saya pernah menyimak pendapat beberapa orang tentang hidup. Ada yang bilang : “Hidup itu urusan Tuhan. Mengasuransikan jiwa kita berarti mendahului kehendak Tuhan.”
Begitu kira-kira. Dan faktanya, memang cukup banyak orang yang alergi
mendengar kata ‘asuransi jiwa’. Lucunya, mereka yang alergi dengan
asuransi jiwa ini sama sekali tidak sungkan untuk mengasuransikan mobil,
motor atau rumah yang mereka miliki.
Makanya, tidak mengejutkan jika mayoritas pemilik kendaraan bermotor
melindungi nilai ekonomi kendaraannya dengan asuransi, sementara hanya
sekitar 3% saja orang Indonesia yang secara sadar melindungi nilai
ekonomi dirinya dengan asuransi jiwa.
Sebenarnya asuransi jiwa bukan untuk melindungi jiwa kita. Melainkan
melindungi nilai ekonomi diri kita. Misalnya, jika saat ini kita mampu
menyediakan 5 juta rupiah setiap bulan untuk keluarga kita hidup dengan
layak, maka asuransi jiwa membantu kita untuk menjamin agar kehidupan
ekonomi keluarga kita dengan 5 juta rupiah pengeluaran itu bisa terus
terjaga, ‘meskipun’ terjadi sesuatu yang menyebabkan kita tidak mampu
lagi menghasilkan uang sejumlah itu. Kita tidak berharap ’sesuatu’ itu
terjadi.
Namun siapa yang bisa memastikan masa depan?
Oleh karena itu, coba renungkan: Jika nilai ekonomi mobil atau rumah
kita saja dilindungi, mengapa kita tidak melindungi nilai ekonomi diri
kita? Apakah mobil atau rumah lebih berharga dari diri kita sendiri?
Jika kita karyawan, coba di cek apakah perusahaan tempat kita bekerja
sudah menyediakan asuransi jiwa bagi kita. Perusahaan-perusahaan yang
baik biasanya menyediakan asuransi jiwa bagi karyawan-karyawannya. Namun
ada 2 hal yang perlu kita lakukan:
Pertama, tanyakan kepada HRD, apakah asuransi yang disediakan itu
hanya berlaku selama kita bekerja di perusahaan itu, atau bisa
dilanjutkan sendiri seandainya kita berhenti bekerja.
Pada umumnya jika karyawan resign atau pensiun, maka asuransi jiwanya
secara otomatis akan terputus. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
untuk membeli asuransi jiwa sendiri. Kecuali jika kita berencana untuk
bekerja terus sebagai profesional.
Tetapi, perlu dipertimbangkan juga, jika kita pensiun, apakah
perlindungan itu bisa dibawa pergi sebagai paket pensiun atau tidak.
Kedua, jika perusahan telah menyediakan asuransi jiwa yang bisa
kita kelola sendiri (bisa dibawa pergi dan dilanjutkan sendiri) maka
mungkin sudah waktunya untuk melakukan perencanaan keuangan atau biaya
sekolah anak-anak di masa depan.
Memang ada orang yang lebih suka menabung setiap bulan di bank, dan
tidak diambil-ambil. Tidak masalah jika kita bisa berdisiplin demikian.
Tetapi, jika tidak, mungkin asuransi pendidikan bisa menjadi jalan
keluarnya.
Selain dari itu, asuransi pendidikan mempunyai kelebihan dari sisi perlindungan, yang tidak dimiliki oleh tabungan pendidikan.
Prinsipnya: jika terjadi ’sesuatu’ pada diri kita, maka
anak-anak kita tetap mendapatkan jaminan pembiayaan pendidikan sesuai
dengan yang kita rencanakan.
Sekalipun kita tidak berminat untuk membeli polis asuransi, kita tidak
perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan agen asuransi. Tidak ada
ruginya jika kita memahami mekanisme perencanaan keuangan model ini.
Paling tidak, kita bisa membandingkannya dengan strategi perencanaan
keuangan yang saat ini kita jalankan. Meskipun kita tidak membeli polis
asuransi dari mereka, mereka biasanya dengan senang hati membantu kita
untuk mendesain rencana keuangan jangka panjang kita. Artinya, kita bisa
mendapatkan konsultasi gratis tentang perencanaan keuangan kita.
Lumayan kan?
Saat ini asuransi sudah banyak yang dikombinasikan dengan investasi.
Jadi, anda akan mendapatkan benefit perlindungan, sekaligus melihat
porsi uang yang anda bayarkan sebagai tabungan atau investasi yang terus
bertumbuh dan berkembang.
sumber http://qnoyzone.blogdetik.com
oleh: Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar